Rabu, 23 Januari 2008

INFO : Mengapa tak boleh meniup makanan dan minuman?

> Seringkali kita melihat, seorang Ibu ketika menyuapi anaknya
> makanan yang masih panas, dia meniup makanannya lalu disuapkan
> ke anaknya. Bukan cuma itu, bahkan orang dewasa pun ketika minum
> teh atau kopi panas, sering kita lihat, dia meniup minuman panas
> itu lalu meminumnya. Benarkan cara demikian?
>
> Cara demikian tidaklah dibenarkan dalam Islam, kita dilarang
> meniup makanan atau minuman.
>
> Sebagaimana dalam Hadits Ibnu Abbas menuturkan "Bahwasanya Nabi
> Shallallaahu alaihi wa Salam melarang bernafas pada bejana
> minuman atau meniupnya". (HR. At Turmudzi dan dishahihkan oleh
> Al-Albani).
>
> Awalnya saya tidak mengetahui hikmahnya, bagi saya pribadi,
> ketika datang hadits pada saya mengenai suatu hal, maka
> semampunya coba saya lakukan, walaupun saya belum tahu
> hikmahnya, dan sebenarnya memang tidak harus tahu.
>
> Begitu juga ketika saya pertama kali mendengar hadits ini, saya
> hanya berusaha mengamalkan saja, bahwa kita dilarang meniup
> makanan atau minuman,itu juga yang saya lakukan kepada anak
> saya.
>
> Dan alhamdulillah ketika tadi coba browse ke internet, ternyata
> dari salah satu milis kimia di Indonesia , ada yang menjelaskan
> secara teori bahwa: apabila kita hembus napas pada minuman, kita
> akan mengeluarkan CO2 yaitu carbon dioxide, yang apabila
> bercampur dengan air H20, akan menjadi H2CO3, yaitu sama dengan
> cuka, menyebabkan minuman itu menjadi acidic. dan saya ingat
> juga bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam menyuruh kita
> ketika minum seteguk demi seteguk, jangan langsung satu gelas
> sambil bernapas di dalam gelas, hal ini juga dilarang, ternyata
> saya baru tahu sekarang hikmahnya, bahwa ketika kita minum
> langsung banyak, maka ada kemungkinan kita akan bernapas di
> dalam gelas, yang akan menyebabkan reaksi kimia seperti di atas.
>
> Ulasan yang saya sampaikan, mungkin bukan hikmah keseluruhan,
> karena Ilmu Allah tentu lebih luas dari ilmu manusia, bisa jadi
> itu adalah salah satu hikmah dari puluhan hikmah lainnya yang
> belum terungkap oleh manusia.
>
> Kewajiban kita hanyalah mendengar dan menta'atiNya Perkara
> hikmah apa yang ada dalam larangan itu, urusan belakangan. Yang
> penting kita sudah mencoba mentaatiNya

Tiada ulasan:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...